Doa Lintas Agama Warnai Peringatan 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Doa kebangsaan lintas agama yang digelar di Tugu Proklamasi, Jakarta, pada Jumat, 1 Agustus 2025. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr

SALINDIA.ID – Jakarta, Dalam rangka memperingati 80 tahun Indonesia merdeka, doa kebangsaan lintas agama digelar di Tugu Proklamasi, Jakarta, pada Jumat (1/8/2025). Kegiatan ini menghadirkan suasana khidmat dan penuh makna, mencerminkan kekuatan keberagaman dalam semangat persatuan bangsa. Perwakilan enam agama hadir untuk memanjatkan doa bersama demi masa depan Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera.

Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menyampaikan bahwa doa lintas agama ini menjadi simbol komitmen bersama seluruh elemen bangsa untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.
“Mari kita mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan dengan tulus oleh tokoh-tokoh masyarakat kita, tokoh lintas agama pada malam ini sebagai satu bukti bahwa kita semuanya ini punya tekad yang sama untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini,” ucapnya.

Romo Fransiskus Yance Sengga, tokoh Katolik, menilai kegiatan ini menghadirkan suasana sejuk dan reflektif yang meneguhkan makna kebinekaan. Ia menekankan pentingnya membangun jembatan kasih antarumat beragama.
“Mari kita saling mengasihi sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat di tengah dunia dan juga kita semua yang ada di dalamnya boleh berjalan bersama pimpinan kita untuk mewujudkan cita-cita proklamator kita Bung Karno dan Bung Hatta,” ujar Romo Yance.

Tokoh agama Hindu, I Gusti Made Sunartha, menyebut kegiatan ini sebagai pengejawantahan sila pertama Pancasila. Ia berharap kebersamaan ini menguatkan semangat menjaga harmoni dengan Tuhan, sesama, alam, dan pemimpin bangsa.
“Penghayatan Ketuhanan Yang Maha Esa Indonesia diwujudkan pada hari ini dengan adanya enam agama yang melakukan doa bersama,” jelasnya.

Bante Damawudo dari komunitas Buddhis mengapresiasi undangan dan partisipasi mereka dalam acara yang dinilai langka namun sangat penting ini.
“Terus terang ini yang pertama ya, jadi kami sangat senang sekali karena diundang untuk berpartisipasi doa bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Agama Muslim yang menjadi host atau tuan rumah acara ini,” ucapnya.

Sementara itu, Pendeta Tommy Lengkong dan Pendeta Mulia Tibriani dari Kristen Protestan menegaskan bahwa doa lintas agama mencerminkan persatuan sejati dan menolak dikotomi mayoritas-minoritas.
“Kita bukan berbicara mayoritas dan minoritas. Bukan juga ada istilah yang kami dengar di sini, ada Islam dan non-Islam. Tapi kita melihat kebersamaan pada malam hari ini. Dan kebersamaan itu indah,” ujar Pendeta Tommy.

Tak ketinggalan, tokoh agama Konghucu, Wonsei Sunarta Hidayat, menegaskan pentingnya peran doa dalam menopang kekuatan bangsa.
“Kita manusia adalah tentu sangat lemah, segala sesuatunya tidak bisa kita jalan sendiri karena harus membutuhkan pertolongan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itulah, doa ini kita berharap agar ke depan Indonesia benar-benar bisa lebih baik,” tuturnya.

Acara ini menjadi bukti bahwa keberagaman Indonesia adalah kekuatan, bukan perbedaan. Doa lintas agama ini sekaligus menjadi refleksi spiritual menjelang Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Share :

Related Posts

Add New Playlist