SALINDIA.ID – Banda Aceh, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh mencatat sebanyak 1.716 hektare lahan sawah yang tersebar di sejumlah wilayah Provinsi Aceh mengalami kekeringan selama semester I tahun 2023.
“Dan yang puso akibat kekeringan ini seluas 514 hektare. Tapi tidak begitu parah dibanding puso akibat banjir yang mencapai ribuan hektare,” kata Kepala UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Distanbun Aceh Zulfadli di Banda Aceh, Rabu (26/7/2023).
Adapun daerah yang mengalami kekeringan pada periode Januari-Juli 2023 yaitu Kabupaten Aceh Utara dengan luas lahan 897 hektare dan 65 hektare di antaranya puso, kemudian Bireuen seluas 293 hektare dan keseluruhannya puso, Pidie seluas 49 hektare dan 11 hektare di antaranya puso.
Selanjutnya, di Kabupaten Aceh Besar lahan seluas 185 hektare mengalami kekeringan dan 135 hektare di antaranya puso, Nagan Raya seluas 150 hektare dan 35 hektare di antaranya puso.
Sedangkan puluhan hektare lahan sawah lainnya juga mengalami kekeringan namun tidak terjadi puso seperti Kabupaten Aceh Selatan seluas 94 hektare, Aceh Timur 30 hektare, Lhokseumawe 15 hektare, Aceh Barat Daya empat hektare dan Banda Aceh satu hektare.
“Dari 1.716 hektar yang terkena kekeringan, 539 hektare yang gagal panen atau puso, selain itu pulih kembali,” ujarnya.
Setiap tahun, ia menjelaskan, daerah-daerah di Aceh memang ada yang mengalami kekeringan. Namun, tahun ini hal tersebut juga diperkuat dengan dampak dari dua fenomena perubahan iklim yaitu El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).
Sehingga, lanjut dia, ada daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan, akan tetapi pada tahun ini terjadi kekeringan seperti Kabupaten Nagan Raya.
“Di Aceh memang ada dampak El Nino api tidak begitu parah. Berbeda dengan di daerah Jawa. Tahun ini ada daerah kita yang tidak pernah kekeringan sebelumnya, tapi mengalami kekeringan seperti Nagan Raya,” ujarnya.
Sebab itu, kata Zulfadli, dalam menghadapi potensi dampak kekeringan akibat El Nino dan IOD, Distanbun Aceh juga telah menyiagakan alat pompa air di daerah-daerah, sehingga dapat digunakan oleh petani untuk membantu mengairi sawah.
“Kalau ada sumber air, pompa itu bisa dipinjam pakai untuk mengairi lahan. Kalau ada sumber air tanah juga bisa kita bantu dengan cara sumur suntik, dengan kedalaman 20 meter,” ujarnya.
Sejauh ini, Distanbun Aceh menyiapkan sebanyak 60 unit pompa air di antaranya 24 unit di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Banda Aceh, Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Banda Aceh delapan unit, LPHP Pidie sembilan unit, LPHP Aceh Timur 10 unit dan LPHP Nagan Raya sembilan unit. (MC 07)
Sumber Berita : InfoPublik.Id