SALINDIA.ID – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Barat terus berupaya melakukan penanganan dan pencegahan terhadap banjir genangan di kawasan Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat setiap kali daerah itu dilanda hujan deras dengan intensitas tinggi.
Beberapa upaya yang telah dilakukan selama ini adalah melakukan revitalisasi drainase kawasan perkotaan. Baik itu di kawasan jalan Nasional, Sisinga Mangaraja, Jalan Manek Ro, maupun Jalan Iskandar Muda.
Selain telah melakukan revitalisasi terhadap drainase di sejumlah ruas jalan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan atau kawasan Kota Meulaboh, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat juga akan membangun biopori atau lubang resapan serta kolam retensi.
Kepala Dinas PUPR Aceh Barat, Kurdi mengatakan pembangunan biopori ini ditargetkan dalam tahun ini dengan jumlah sebanyak delapan titik.
“Untuk mencegah banjir kota kita akan bangun biopori nantinya, sehingga air dapat diresap dengan cepat kedalam tanah. Rencananya kita lakukan delapan titik dulu pada tahun ini,” kata Kadis PUPR Aceh Barat, Kurdi, Rabu, (9/4/ 2025).
Kurdi menjelaskan, pembangunan biopori ini nantinya akan dilakukan di Jalan Nasional tepatnya depan pusat perbelanjaan kota Meulaboh, Jalan Iskandar Muda tepat di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat, serta di Jalan Nasional Simpang Empat Rundeng, dan Jalan Gajah Mada.
Pembangunan biopori ini sendiri, kata Kurdi merupakan program jangka pendek dalam penanganan banjir kota yang selama ini kerap terjadi, sedangkan untuk jangka panjang Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui Dinas PUPR nantinya akan membangun kolam retensi.
“Untuk jangka pendek ini kita akan buat dulu biopori untuk menyerap air langsung ke tanah, nantinya jangka panjang kita bangun kolam retensi untuk menampung air hujan dan mencegah risiko banjir kota,” ungkapnya.
Untuk pembangunan kolam retensi sendiri pemerintah setempat membutuhkan biaya sebesar Rp46,5 miliar lantaran dilengkapi dengan break water jetty dan bendung spillway.
Pembangunan kolam retensi sendiri merupakan kebutuhan mendesak dalam mencegah banjir kota yang selama ini kerap terjadi, lantaran selisih elevasi antara daratan dan permukaan laut yang relatif kecil di daerah itu yang menyebabkan pasang laut secara bersamaan, hingga menyebabkan kawasan perkotaan menjadi rentan banjir.