SALINDIA.ID – Banda Aceh, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Rony Widijarto P menyoroti pentingnya strategi pengembangan UMKM melalui tiga pilar kebijakan, yaitu Korporatisasi, Kapasitas, dan Akses Pembiayaan.
Hal tersebut disampaikan Rony saat Bincang Bareng Media (BBM) yang berlangsung di Banda Aceh, Jumat (26/7/2024) malam.
“Ketiga pilar tersebut bertujuan untuk mendorong UMKM yang memiliki daya saing untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif,” kata Rony.
Rony menyebutkan, Bank Indonesia terus berupaya untuk mendukung UMKM di Aceh melalui berbagai program, yaitu mendorong digitalisasi UMKM dengan mengintegrasikan digitalisasi sepanjang rantai nilai dari hulu ke hilir untuk menciptakan ekosistem digital yang menyeluruh.
Kemudian, pengembangan UMKM Go Ekspor dengan meningkatkan daya saing UMKM Aceh di pasar internasional dan peningkatan akses pembiayaan dengan memfasilitasi business matching antara UMKM dengan perbankan, serta pelatihan pencatatan transaksi keuangan menggunakan aplikasi SIAPIK dan BISAID.
Ia menyebutkan, pembiayaan UMKM berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II 2024 Provinsi Aceh tumbuh sebesar 12,46 persen (yoy), Sumatra sebesar 9,03 persen (yoy), dan Nasional sebesar 5,81 persen (yoy).
Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF) Pembiayaan UMKM berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II 2024 Provinsi Aceh sebesar 3,80 persen, Sumatra sebesar 3,39 persen, dan Nasional sebesar 4,04 persen.
Adapun pangsa pembiayaan UMKM terhadap total pembiayaan berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II 2024 Provinsi Aceh sebesar 25,15 persen, Sumatra sebesar 29,42 persen, dan Nasional sebesar 19,50 persen.
Sementara pembiayaan KUR berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II 2024 Provinsi Aceh tumbuh sebesar 41,57 persen (yoy), Sumatra sebesar 10,06 persen (yoy), dan Nasional sebesar 3,34 persen (yoy).
Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF) Pembiayaan KUR berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II Provinsi Aceh tumbuh sebesar 1,75 persen (yoy), Sumatera sebesar 1,73 persen (yoy), dan Nasional sebesar 2,10 persen (yoy).
Pangsa Pembiayaan KUR thdp total pembiayaan berdasarkan lokasi proyek pada Triwulan II 2024 Provinsi Aceh sebesar 12,62 persen, Sumatra sebesar 11,04 persen, dan Nasional sebesar 5,82 persen.
Rasio pembiayaan UMKM (lokbank) terhadap total pembiayaan pada Triwulan II 2024 tercatat sebesar 27,93 persen, atau meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 27,78 persen. Rasio pembiayaan UMKM di Aceh sudah relatif baik, namun masih dapat dioptimalkan agar lebih inklusif.
Lebih lanjut Rony mengatakan, Bank Indonesia Provinsi Aceh juga terus melakukan pengembangan UMKM di bidang pangan untuk menjaga stabilitas inflasi. Berbagai upaya yang dilakukan antaranya pelatihan pertanian organik, pengembangan digital farming, dan dukungan sarana prasarana untuk mendukung produktivitas pertanian.
Sebagai bagian dari upaya mendukung UMKM, kata dia, Bank Indonesia akan menyelenggarakan kegiatan “Karya Kreatif Aceh” (KKA) di Lapangan Blang Padang, Kota Banda Aceh, pada 26-30 Juli 2024.
Acara ini merupakan rangkaian Road To Karya Kreatif Indonesia dan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia yang akan diselenggarakan di Jakarta pada Agustus mendatang, serta Road To Meuseuraya Festival yang akan diselenggarakan di Banda Aceh pada bulan Oktober mendatang.
Rony menyebutkan, Karya Kreatif Aceh kali ini berkolaborasi dengan perhelatan pesta rakyat 2024 dan menghadirkan berbagai kegiatan menarik seperti pagelaran musik oleh Zigaz, Fourtwenty, dan IDGITAF, olahraga bersama, serta perlombaan untuk masyarakat umum.
KKA akan menampilkan showcase produk UMKM kreatif dan unggulan yang akan diikuti oleh 22 UMKM eksklusif binaan KPwBI Aceh, seperti Mutiara Songket dan Zungket yang akan menenun secara langsung selama kegiatan KKA, serta 184 UMKM food and beverage lainnya yang tersebar di area kegiatan Pesta Rakyat untuk menjamu seluruh pengunjung yang datang.
Menurut Rony, semua UMKM yang terlibat dalam kegiatan KKA sudah menyediakan QRIS sebagai alternatif pembayaran. Untuk mendorong transkasi digital, dalam kegiatan KKA juga akan diselenggarakan QRIS Challenge yang bertujuan untuk mendorong akseptasi digital di kalangan masyarakat.
“Dengan sinergi antara pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat, Bank Indonesia Provinsi Aceh optimis dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Aceh,” pungkasnya.