SALINDIA.ID – Jakarta, Hingga minggu ke-17 tahun 2024, Indonesia mencatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 621 kasus kematian terkait. Data ini mencerminkan tantangan serius dalam pengendalian penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti ini di Indonesia.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan, kematian akibat DBD tersebar di 174 kabupaten/kota dari total 456 kabupaten/kota yang ada di 34 provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun upaya pengendalian telah dilakukan, tantangan dalam menanggulangi penyebaran dan dampak klinis DBD masih besar di berbagai daerah.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, mengungkapkan kekhawatiran atas dampak kemarau yang diperkirakan akan meningkatkan aktivitas gigitan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024 di sejumlah wilayah strategis di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan wilayah lainnya.
Prof. Dr. dr. Erni J. Nelwan, seorang pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa gejala DBD dapat bervariasi, tetapi gejala utama yang sering terjadi adalah demam mendadak tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri otot dan tulang, serta kemungkinan munculnya bercak kemerahan, hidung berdarah, sakit di belakang mata, mual, muntah, dan kelelahan. Meskipun gejalanya tidak selalu spesifik, demam tinggi tetap menjadi tanda yang paling dominan dalam kasus DBD.
ASEAN Dengue Day (ADD), yang diperingati setiap tahun pada tanggal 15 Juni, menekankan pentingnya kerja sama regional dalam menghadapi masalah DBD. Indonesia memainkan peran penting sebagai pelopor dalam inisiatif ini sejak tahun 2011, dengan tujuan untuk memperkuat kolaborasi antarnegara ASEAN dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.
Secara keseluruhan, situasi DBD di Indonesia memerlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan dari berbagai pihak untuk memastikan upaya pencegahan, deteksi dini, pengobatan yang tepat, dan edukasi masyarakat terus ditingkatkan guna mengurangi beban penyakit ini di masa mendatang.