SALINDIA.ID – Banda Aceh, Penjabat Gubernur Aceh Bustami Hamzah mengajak seluruh umat Islam di Aceh yang saat ini sedang menjalankan puasa untuk bersungguh-sungguh agar memperoleh predikat takwa. Bustami mengungkapkan, predikat takwa sangat penting karena setiap orang yang bertakwa merupakan agen perubahan.
Hal tersebut disampaikan Bustami saat menyampaikan tausiyah Ramadan di hadapan jemaah salat isya, tarawih, dan witir di Masjid Raya Baiturrahman, Senin malam (18/3/2024).
Dalam tausiyahnya, Bustami mengutip Surah Ali Imran, ayat 134, yang isinya menyatakan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.
“Ini menunjukkan bahwa orang yang bertakwa itu adalah agen perdamaian, dan orang yang senantiasa menjaga serta merawat kebersamaan. Kebersamaan yang dibangun atas empati sebagai sikap di mana kita dapat merasakan sesuatu sebagaimana yang dirasakan oleh saudara yang lain, empati yang juga mengajarkan kita untuk mengerti orang lain secara mendalam, baik dari segi emosional maupun intelektual,” papar Bustami.
Bustami menambahkan, rasa empati akan melahirkan kebersamaan yang didasari oleh semangat saling memaafkan dan mengambil manfaat dari perbedaan, bukan justru menciptakan konflik oleh karena perbedaan.
“Untuk itu, atas nama Penjabat Gubernur Aceh, kami mengajak seluruh komponen dan elemen masyarakat untuk saling bersatu padu menebarkan kedamaian dan membangun kebersamaan, karena kita sedang menghadapi tantangan yang tidak ringan. Banyak masih pekerjaan rumah yang mesti tuntas dikerjakan untuk mencapai kemashlahatan,” ujar Bustami.
Bustami juga menjelaskan, kerja-kerja untuk mewujudkan kemashlahatan tentu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan seorang diri tanpa dukungan dan doa dari seluruh lapisan masyarakat Aceh. Oleh karena itu, sebagai wujud sesungguhnya dari sebuah kebersamaan, maka ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mengambil peran dan tidak berpangku tangan.
Bustami menambahkan, sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah SAW, bentuk, dukungan bisa berupa material, yaitu berupa harta, bisa berupa gagasan pemikiran dan intelektual, juga dapat berupa fisik, tenaga dan kekuatan, serta doa sebagai bentuk spiritualitas.
“Semangat kebersamaan atau ruhul jama’ah adalah sikap saling membantu, memahami dan mengerjakan sesuatu dengan cara bersama antara satu dan yang lain tanpa memandang perbedaan. Hal ini hanya mungkin bisa dilaksanakan apabila ada tiga syarat penting yang dipenuhi, yaitu niat, komunikasi dan kolaborasi,” kata Gubernur.
Bustami menjelaskan, niat atau komitmen yang tulus dan penuh keikhlasan sangat penting untuk meneguhkan semangat kebersamaan. Oleh karena itu, kata Bustami, ketika menerima amanah sebagai Penjabat Gubernur Aceh, maka dirinya mengawali dengan niat dan kesungguhan untuk memberikan pengabdian terbaik yang dilandasi dengan keikhlasan.
“Ikhtiar ini kami mulai dengan Bismillah, serta selalu mengharap pertolongan Allah. Karena kekuasaan adalah amanat yang harus ditunaikan dengan penuh kejujuran, adil dan juga keikhlasan,” ungkapnya.
Poin selanjutnya, kata Bustami, adalah komunikasi, sebagai cara untuk membangun ketersambungan, maka tentu komunikasi yang berlandaskan etika dan akhlakul karimah harus dikedepankan. Komunikasi merupakan jembatan utama yang menghubungkan antara satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial.
“Dengan komunikasi inilah, maka dalam waktu yang singkat atas dasar niat sebagai komitmen dan komunikasi sebagai sarana, sehingga APBA tahun 2024 dapat kita selesaikan bersama dengan DPR Aceh tepat dua hari setelah kami dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, di Jakarta pada tanggal 13 Maret 2024,” papar Bustami.
“Untuk itu, kami sangat bersyukur kepada Allah, di mana dalam bulan Ramadan yang fase awalnya adalah Rahmat ini, Allah telah memberikan kemudahan bagi kami untuk menyelesaikan hal krusial tersebut,” tuturnya.
Terakhir, kata Bustami, upaya membangun semangat kebersamaan tentu saja kolaborasi, yang menjadi bagian penting dalam merajut kebersamaan dalam perbedaan. Bahkan kolaborasi merupakan upaya konkrit yang mencerminkan akhlak penting dalam Islam.
“Kolaborasi merupakan sebuah keniscayaan, karena kolaborasi dapat menuntaskan seluruh masalah yang kita hadapi secara bersama, kolaborasi menjadi kunci lahirnya pemikiran kreatif yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. Kolaborasi selalu selalu memberi penghormatan pada perspektif yang berbeda. Kolaborasi lebih kepada perhitungan dari kebermanfaatan bukan diukur dari sekedar untung rugi secara finansial,” tutur Bustami.
Bustami menegaskan, tanpa kolaborasi maka tidak mungkin suatu daerah mampu melahirkan karya besar dan monumental. Karena kolaborasi merupakan hal yang sangat dianjurkan Allah, sebagaimana termaktub dalam surah Al-Maidah ayat 2.
“Untuk itu, dalam kesempatan yang baik ini, kami mengingatkan kita semua, bahwa Aceh membutuhkan semangat, Aceh membutuhkan pikiran dan Aceh membutuhkan gagasan dari semua pihak. Cukuplah masa lalu menjadi kenangan. Kini saatnya kita menatap masa depan. Masa depan kita, masa depan anak dan cucu kita serta masa depan Aceh yang Darussalam, Aceh yang mulia dan Aceh yang memiliki marwah, harkat dan martabat,” ujar Bustami menutup tausiyahnya.